Akhirnya… H-104 Akhir Internship :D

Alhamdulillah… akhirnya sampai juga di titik ini, H-104 akhir internship. Walaupun masih hitungan “seratus hari”, saya tetap bersyukur karena setidaknya sudah sampai di siklus terakhir dari 3 siklus 4-bulanan internship. Alhamdulillah… ^^

Yang menyedihkannya, saya baru sadar bahwa saya sama sekali belum pernah share cerita apapun tentang internship di blog ini. Hihi. ^^ Bukannya sok sibuk, tapi memang sibuk, haha. Tapi serius,  bukanlah hal yang mudah bagi saya untuk menemukan waktu bebas untuk sekedar buka laptop, lalu mulai mengetik dan menumpahkan pemikiran saya yang terpendam selama berbulan-bulan, sementara masih ada piring kotor dan kuali bekas memasak tadi pagi yang harus dicuci di dapur (karena tidak sempat dicuci tadi pagi et causa harus buru-buru ke rumah sakit/puskesmas), masih ada kain cucian yang harus dituntaskan, masih ada kain yang harus disetrika, atau masih ada sambal yang harus dimasak menjelang suami pulang dinas :D. Intinya, free-me-time buat seorang working mom/wife itu adalah hal yang sangat mahal harganya. :p Saya jadi ingat mama, betapa gesit dan cekatannya mama, yang bisa mengurus semua pekerjaan rumah beres-tuntas tanpa asisten rumah tangga, namun juga bisa menyelesaikan semua pekerjaan di rumah sakit dengan semaksimal mungkin. Tentu saja dengan konsekuensi minta saya pijitin di malam harinya. Hihi ^^ Sekarang akhirnya saya merasakan yang mama jalani selama bertahun-tahun dulu. As the one and only daughter that she has, semasa sekolah dan kuliah dulu, kadang saya rajin bantuin mama, kadang saya malas :p, kadang saya benar-benar tidak ada tenaga karena kecapekan pulang koas :'(. Tapi sebisanya, saya selalu usahakan bantu mama di rumah, seenggaknya urusan kerapihan rumah dan asisten di dapur. Alhamdulillah, pengalaman sebagai “ijah” bertahun-tahun di rumah dengan didikan langsung dari mama itu benar-benar bermanfaat untuk saya yang sekarang membangun rumah tangga sendiri di perantauan. Tinggal berdua saja, hanya dengan suami. Tapi alhamdulillah, saya diberi rezeki Allah suami yang tidak berat tangan, sangat hobi membantu istri mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga, sehingga saya tidak merasa terbebani. Alhamdulillah.. 🙂

Waw, panjang ya intronya. Haha. Jadi ya pokoknya begitulah, intinya saya susah menemukan waktu untuk menulis di blog ini. What an excuse ya.. Hihi…

Sekarang, balik lagi ke topik: H-104 Internship :D. Seperti fase-fase hidup saya sebelumnya, saya termasuk yang cukup excited memasuki masa-masa akhir dari suatu fase kehidupan (beribet banget ngomongnya, haha). Contohnya, saya termasuk yang sangat excited mengakhiri masa-masa SMA untuk masuk kuliah, excited untuk mengakhiri masa preklinik dan memasuki masa koas, excited untuk mengakhiri koas dan masuk ke fase UKDI, dan excited untuk mengakhiri masa lajang untuk masuk ke fase pernikahan, hehe ^^. Termasuk fase yang satu ini, akhir internship. Malah sejujurnya, akhir internship ini sangat-sangat bikin saya excited, karena berakhirlah perjalanan panjang masa pendidikan saya sebagai dokter dan akhirnya saya bisa menentukan jalan hidup saya setelah ini mau kemana. Kalo dulu setelah wisuda S.Ked, tidak seperti teman-teman di fakultas lain yang langsung bebas mau kerja apa dan menentukan jalan hidupnya seperti apa, kami calon koas mau tidak mau ya harus mengikuti jalur pendidikan selanjutnya yaitu clerckship. Setelah koas, mau ga mau harus nunggu jatah UKDI. Lalu selanjutnya mau ga mau harus internship. Ya iyalah, kalau ga mau internship, sia-sia dong perjuangan bertahun-tahun sebelumnya. T.T Nah, akhirnya, setelah internship inilah, saya benar-benar bisa bebas, mau sekolah lagi kek, mau kerja dulu kek, mau jadi ibu rumah tangga aja kek, bebas… 😀 Kalau mau kerja juga bebas, mau di puskesmas kek, mau di klinik kek, atau mau di IGD. BEBAS.

Tapi, justru di tengah ke-excited-an itu, ada sedikit rasa gamang juga, artinya saya pengangguran dong ya habis internship ini? haha. Ya, memang bebas menentukan kemana saya akan melangkah sesuai yang saya mau, tapi itu artinya saya baru benar-benar akan merasakan perjuangan hidup mencari pekerjaan dengan kaki saya sendiri. Hehe. Kalo internship kan memang program pemerintah. Penempatannya juga sudah ada rumah sakit yang mau menampung. Gajinya juga lumayan, hehe. Tapi setelah internship, ya saya statusnya sama dengan sarjana-sarjana lainnya, harus melamar pekerjaan secara mandiri. Hhi. Walaupun alhamdulillah lapangan pekerjaan di dunia medis tidak se-langka bidang-bidang lainnya. Buktinya, selalu saja ada rumah sakit yang mengeluh kekurangan dokter, selalu saja ada puskesmas yang minta-minta tambahan dokter ke dinas kesehatan, dan selalu saja ada dokter senior yang minta gantiin dinas di klinik-klinik. Alhamdulillah. Sekarang terserah para dokter post-internship ini, mau berkarir dimana? 🙂

Sejujurnya, dari sekian banyak pilihan karir, saya paling tergoda untuk jadi: Ibu Rumah Tangga saja. Haha. XD Setidaknya untuk beberapa bulan setelah internship ini, mungkin saya akan benar-benar mempertimbangkan untuk di rumah saja dulu, sampai nanti muncul keinginan untuk bekerja lagi. Saya ingin “menjemput” hidup saya yang tersita akibat terlalu disibukkan dengan dunia medis. Hhihi. Memang, kedokteran adalah passion saya. Saya tidak pernah menyesal masuk FK (tidak seperti sebagian besar teman-teman saya yang lain). Saya sangat senang mempelajari ilmu kedokteran, ilmu yang sangat luar biasa. Tapi, saya sadari bahwa hidup saya tidak tok hanya untuk dunia medis, hehe. Saya juga punya passion yang lain. Saya punya passion di musik, saya punya passion di buku, saya punya passion di self-development, dan terutama saya punya passion di agama saya, Agama Islam.

Bertahun-tahun saya “mengabdikan” waktu saya untuk dunia kedokteran. 3.5 tahun di preklinik, 2 tahun koas, 1 tahun internship, belum lagi masa jeda menunggu-menunggu wisuda, UKDI, internship. Totalnya, dari sejak saya masuk tahun 2009 hingga selesai internship insya Allah di tahun 2016 ini, berarti sudah 7 tahun saya bergelut dengan dunia medis-medis-medis-dan medis. 😛 Memang sih, saya juga menghibur diri dengan kegiatan-kegiatan organisasi, atau blogging, atau kegiatan-kegiatan di luar medis lainnya, tapi ya, ga bisa maksimal karena waktunya terbatas. Saya ga pernah benar-benar punya free time selama 7 tahun ini. Haha. Ada sih sebenernya, yaitu pas zaman nunggu giliran internship, kosong 9 bulan sejak akhir UKDI. Tapi masa itu alhamdulillah saya isi dengan kegiatan yang bermanfaat, yaitu: MENIKAH. hihi alhamdulillah.. Tapi ya berarti ga free-time beneran, karena saya di masa itu harus fokus beradaptasi dengan kehidupan pernikahan, hidup berdua saja di perantauan. Yang biasanya saya jadi anak gadis bungsu yang dimanja dan ga pernah merantau, sekarang apa-apa harus sendiri mandiri di rantau orang. Its not a free-me-time, i think…  Hehe. :p

So, wajar kalo saya bener-bener ingin punya fase jeda dimana saya bebas “mengejar” sisi diri saya, passion saya, yang belum sempat saya jalani selama 7 tahun ini. Saya ingin punya waktu untuk menjalani hobi saya merajut lagi, main piano lagi, mengasah keterampilan masak saya biar lebih expert lagi, membaca tumpukan buku-buku yang selama ini saya beli aja tapi ga pernah dibaca, ingin bikin resensi buku, ingin belajar naik motor (haha), dan yang pasti, ingin punya waktu khusus untuk menghafal Al-Qur’an. Geez, dari tahun 1 kuliah sampai sekarang, hafalan Qur’an sama sekali ga mencapai target. Terus, saya juga ga tau kapan nyawa saya dicabut. Jadi, mumpung saya bebas nentuin jalan hidup saya setelah internship, saya mau punya waktu khusus beberapa bulan untuk nambah hafalan Qur’an saya. Cliche iya, memang. Tapi cita-cita jadi Hafizhah udah saya miliki sejak SMP, jauh sebelum saya pengen jadi dokter. Tapi yang Allah takdirkan kesampaian duluan alhamdulillah jadi dokter. Jadi inilah saatnya buat saya untuk mencapai cita-cita saya yang utama itu, jadi Hafizhah, insya Allah.

Memang, saya ga berniat untuk jadi ibu rumah tangga seumur hidup, Hihi. Saya udah pernah ngerasain yang namanya jadi full-time house-wife, yaitu 7 bulan sebelum internship, karena sebelum internship saya ga mau ngisi klinik (karena belum ada STR), jadi kehidupan saya murni full di rumah. Bulan pertama dan kedua, saya excited banget! Karena kerasa enaknya ngurusin rumah kita sendiri, kita yang jadi ratu, kita bebas mau desain rumah kayak apa, mau masak apa, mau bikin perencaan manajemen rumah tangga kayak apa. Tapi memasuki  bulan ketiga, saya mulai “ilang-aka” hihi… Karena saya dari kecil terbiasa dengan kehidupan di sekolah dan kampus. Saya mulai jadi kayak suka bingung-bingung gitu. Saya mulai merindukan suasana belajar di kampus, atau berkegiatan di luar rumah. Dan akhirnya saya sadar, saya ga bakalan betah jadi ibu rumah tangga doang. Hhihi.

So, for this short-term, i plan to just stay at home. At least for several months, untuk mengejar “kehidupan dina” yang “hilang” selama 7 tahun berkutat dengan dunia medis-medis-medis. Haha. Dan setelah itu, kalo saya mulai kangen kerja lagi, ya saya bakal kerja lagi insya Allah. Tapi, ga ya sibuk-sibuk banget. Sementara ini saya ga berencana untuk kerja di RS, karena pasti bakalan harus jaga IGD, sementara saya ga mau lagi dinas malam, haha. Jadi mungkin saya lebih prefer ke Puskesmas atau klinik-klinik ajah. (Itu buat sementara ini sih, belum tau nanti bakalan berubah pikiran lagi atau ga, haha ^^). Untuk urusan sekolah, insya Allah Bang Syawqi dululah yang sekolah 🙂 Mohon doanya biar abang bisa lanjut sekolah tahun depan ya.. Aamiin… ^^ Dan nanti kalo abang udah semester 3 tau 4, baru saya pikir-pikir buat sekolah lagi. Walaupun sampai sekarang saya masih bingung mau ngambil spesialis apa. Haha. Ya, dijalani dulu deh. Berdasarkan pengalaman saya, ga selamanya yang kita inginkan itu kita dapatkan, tapi pasti yang kita dapatkan adalah yang terbaik menurut Allah. Insya Allah.. ^^

So guysss…. Selamat menikmati 104 hari menuju akhir internship. Mohon doanya semoga perjalanan internship saya lancar sampai akhir, dan diberkahi Allah. Aamiiin…. ^^

 

 

 

 

Merekam Perasaan

Udah lumayan berdebu ya blog ini… hhi ^^
Udah lama ga diisi… Kangen ngisi blog lagi… Kangen nulis…

Iya, ada faktor kangennya.. Tapi sebenernya penggerak utama dari setiap moment munculnya keinginan untuk nulis bukan hanya sekedar karna kangen nulis.. melainkan karna ada kejadian, perasaan, hikmah, pelajaran, pemikiran, atau memori yang ingin diabadikan… ingin terus ada dan bisa dibaca-baca lagi kelak… saat senggang.. atau di saat kita membutuhkan lagi hal itu…

sama seperti saat ini… penggerak utamaku untuk menulis lagi, selain karna kangen menulis, tak lain dan tak bukan adalah… karna Abang.. karna aku ingin merekam perasaanku padanya.. dalam bentuk tulisan…

Mungkin bagi sebagian orang yang belum menikah… agak menyebalkan, melihat postingan orang2 yang sudah menikah… baik itu di instagram… di facebook… atau di blog… mungkin, bagi sebagian orang yang belum menikah, hal2 yang berbau romantisme pasangan yang sudah menikah hanyalah sesuatu yang bersifat irritatif, yang bisa memunculkan perasaan galau atau BeTe… entahlah, mungkin itu hanya sebagian orang saja… karna sebagian lagi yang saya kenal, bukanlah orang2 yang sepicik itu… alhamdulillah, sebagian orang2 yang saya kenal, tidak akan menilai postingan bahagia seseorang ttg hidupnya sebagai suatu peluru yang mengancam kebahagiaan pribadi atau ketentraman hati pihak yang membaca.. :):):)

anyway… mari kembali ke topik….

Abang.. adalah inti dari tulisanku kali ini…. alhamdullah.. kami telah Allah satukan dalam ikatan pernikahan dalam waktu 1 tahun terakhir ini…. :):):) Alhamdulillah ya Allah… tsumma Alhamdulillah….

Di antara sekian banyak nikmat Allah… yang tentunya tidak terhitung.. nikmat pernikahan dengan Abang, adalah salah satu nikmat yang paling aku syukuri….

Abang… adalah sosok lelaki yang amat baik… i couldnt ask for a better husband.. like, really, seriously… he truly is a very good husband.. he keeps this amanah so well… :’) i think i’ve become a better dina ever since he’s come around…

Abang mengajarkan aku cara lebih bersabar… lebih tawakal pada Allah… lebih ridho dengan ketentuan Allah… lebih tenang menghadapi persoalan hidup.. lebih giat memperbaiki diri… dan lain sebagainya yang kadang tak bisa terungkapkan dengan bahasa lisan maupun tulisan…. kadang hanya hati yang bisa menyatakan betapa besarnya rasa syukurku bersuamikan Abang…

Bang syawqi….

Ternyata firman Allah itu memang benar…. Menikah itu, menenangkan… menentramkan… mungkin tidak selamanya ‘senang’ jika dilihat dari kaca mata dunia…. tapi jika dilalui dengan penuh kepasrahan pada Allah, maka sempit pun terasa berkahnya… kurang pun terasa berkahnya… kecil pun terasa berkahnya…. Menikah, membuat kaca mata kita diganti, dari mementingkan kebahagiaan semata, menjadi keberkahan… keberkahan dalam apapun itu suasananya… senang, sedih, mudah, susah, lapang, sempit… apapun… asalkan bersama Allah… alhamdulillah…

terima kasih untuk 1 tahun yang indah ini Bang… please, keep healthy ya… sehat2… i still wanna grow old with you… really .. aamiiin… 🙂

Kehilangan Diri

Seorang wanita.. Hidup dengan segala label, peran, tanggung jawab, dan hakekat yang diembannya.. Menjadi seorang anak perempuan yang disayangi dan dikasihi.. Menjadi seorang adik perempuan yang dilindungi dan dimanja.. Menjadi seorang sahabat tempat mencurahkan rasa… Menjadi seorang istri… Dan insya Allah kelak menjadi seorang ibu…
Betapa mulia seorang wanita.. Bukan hendak meninggi, sungguh.. Namun cobalah pikir, kita semua terlahir dari rahim seorang wanita… Kita semua mencintai setidaknya seorang wanita… Kita semua selalu menyisipkan satu doa untuk satu sosok wanita… Maka tidakkah begitu mulia, hanya dengan menjadi seorang wanita…?

Tapi wanita juga seorang diri… Satu entitas pribadi.. Dengan sejuta mimpi.. Asa.. Harap… Cita-cita.. Keinginan… Tak hanya lelaki, wanita juga punya itu semua…

Namun dikala wanita dipercaya dengan suatu kodrat… Dengan segala tanggung jawab dan konsekuensi yang harus diemban.. Haruskah dia kehilangan dirinya…?

Ah.. Namun memang… Wanita… Ketika dia mencinta… Maka turunlah itu semua menjadi yang kedua… Menyilahkan cinta dan keluarga menjadi urutan pertama… Dan dirinya… Sudah, cukup menjadi pertimbangan kesekian…

Kadang asa itu akan mengetuk… Kadang mimpi itu menyeruak kelamnya malam…
Kadang cita-cita itu menyapa…
Dan mereka pun bertanya…
Wahai wanita… Bagaimana kabarmu kini? Lama sudah tak kau sapa kami.. Apakah telah hilang dirimu kini? Terbuai dengan alunan hidup di setiap pagi…

Dan wanita pun menjawab…
Tidak.. Tentu tidak… Mengapa hendak ku lupakan kalian…? Yang menjadi penyemangat di kala murung… Pemompa keyakinan di kala diri ini menyangsikan kemampuan diri…

Tidak.. Aku tidak kehilangan diriku…
Aku masih mengingat engkau wahai mimpi… Masih terbayang engkau wahai asa.. Masih terurai jelas engkau wahai cita…
Namun di kala kulihat cinta…
Tanpa sadar luluhlah ego yang ada…

Namun tunggu saja…
Tidakkan kulupa… Tidak..

Karena memang..

Wanita… Diriku adalah wanita…
Dan aku adalah aku….
Jadi mengapa harus beradu?
Mengapa harus berselisih?

Aku adalah wanita…
Namun aku takkan kehilangan diri…
Kan kujalani alunan pagi hingga malam menyelimuti…
Tapi takkan lupa kujemput mimpi…

Wanita.. ini hanyalah soalan waktu…
Ini hanyalah tentang sabar untuk menunggu…
Dan jika tiba masanya kelak…
Wanita… Jangan pernah kau enyahkan asa mimpi dan citamu…
Karna cinta tak pernah, dan tak akan memaksamu, untuk kehilangan dirimu.

Menikah (1)

Menikah itu (salah satunya) berarti memperbaiki diri… Siap untuk bertegas-tegas pada diri ini untuk memperbaiki diri… Dan siap juga untuk berikhlas-ikhlas menerima masukan sang imam untuk memperbaiki diri…
Alhamdulillah… Semoga Allah melihat ikhtiar kami… Aamiiin.. 🙂